Model-Model Kurikulum

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Oke sobat yang berpendidikan, welcome :)

Pada postingan kali ini gua mau share ilmu mengenai model-model kurikulum. Menurut kalian, model mana yang cocok buat diterapkan di Indonesia? Jawab di comment yaa guysss....

Follow ig gua sama twitter gua yak wkwkwk
IG : @amrul.gilang
Twitter : @amrullah_gilang


Model-model Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan, dan mengevaluasi suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapar menggambarkan suatu proses sistem prencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.

Keunggulan dan Kelemahan Model Top Down

Keunggulan:
  • Prosses perencanaan kurikulum hingga pemutusan kebijakan cepat karena tidak memperhitungkan terlalu banyak aspirasi dari bawahan. Model ini sangat efektif untuk mendapatkan formula kurikulum yang ingin diciptakan pusat.
  • Perdebatan antara penentu kebijakan dengan pelaku pendidikan sangat minim
  • Standar pengajaran ditentukan oleh pusat, sehingga diharapkan terciptanya sistem pendidikan yang merata di seluruh daerah.
  • Evaluasi dan monitoring dilakukan secara terjadwal, pengembang kurikulum melakukan evaluasi secara keseluruan dan monitoring secara langsung.


Kelemahan:
  • Kurikulum yang ditetapkan kurang relevan terhadap derah-daerah tertentu, model ini akan cocok diterapkan jika fasilitas penunjang pendidikan sudah merata di setiap daerah.
  • Aspirasi dari pelaku pendidikan kurang didengar.
  • Kreativitas dari pelaku pendidikan kurang berkembang karena adanya standar-standar dalam pengajaran yang ditentukan oleh pusat.

 
Keunggulan dan Kelemahan Moel Grass Root

Keunggulan:

  • Kurikulum yang ditetapkan akan relevan dengan kondisi masing-masing daerah. Karena penentuan kurikulum model grass root mempertimbangkan kondisi yang ada dari masing-masing daerah.
  • Aspirasi dari pelaku pendidikan dipertimbangkan dan sangat diperhitungkan, karena pelakku pendidikan yang mengetahui kondisi di lapangan secara nyata.


Kelemahan:
  • Pertumbuhan sistem pendidikan semakin tidak merata dari setiap daerah.
  •  Birokasi yang akan cenderung lebih lama.
  •  Perbedaan pendapat yang akan semakin banyak, sehingga penentuan keputusan akan lama.


Catatan Perbandingan:

  • Penentuan keputusan dalam menetapkan kurikulum akan lebih cepat jikan menggunakan model topdown, tetapi akan lebih relevan dengan kondisi daerah masing-masing apabila menggunakan model grass root.
  • Aspirasi dari pelaku pendidikan akan lebih diperhitungkan apabila menggunakan model grass root, tetapi akan lebih tercipta meratanya pendidikan apabila menggunakan model topdown karena sistem pendidikan dibuat sama dan terdapat standar-standar tertentu.


Analisis untuk implementasi kedua model tersebut:

Model Top Down dan Model Grass Root memliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Model Top Down akan cocok diterapkan pada daerah yang memiliki kesetaraan fasilitas penunjang pendidikan, dari segi peralatan maupun lingkungan dan pengajar yang mendukung.

Model yang cocok untuk diimplementasikan di Indonesia menurut saya adalah model grass root, karena kurang meratanya sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia. Sembari melakukan metode grass root, pemerintah pusat melakukan penyetaraan fasilitas penunjang pendidikan di daerah-daerah tertinggal. Melakukan upaya lebih demi terciptanya kesetaraan fasilitas pendidikan di berbagai daerah di Indonesia.


Langkah-langkah implementasi model pengembangan kurikulum:

a.        Model Ralph Tyler
1.         Menentukan tujuan pendidikan.
2.         Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan.
3.         Menentukan organisasi pengalaman belajar.
4.         Menentukan evaluasi pembelajaran secara berkala.

b.        Model Administratif
1.         Pejabat tingkat atas membuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum.
2.         Membentuk tim panitia pelaksana penyusun kurikulum.
3.         Menyusun kurikulum yang kemudian diajukan untuk diperiksa dan diperbaiki oleh tim pengarah.
4.         Melakukan penyesuaian, perbaikan dan penyempurnaan kurikulum.
5.         Melakukan uji coba di beberapa sekolah yang dianggap representatif.
6.         Melakukan monitoring dan evaluasi.

c.         Model Grass Roots
1.         Munculnya gagasan dari guru-guru sebagai pelaksana pendidikan.
2.         Gagasan dikembangkan dengan mencari pendapat dari narasumber lain. 
3.         Pihak atasan memberikan dorongan dan memfasilitasi.
4.         Implementasi dengan melakukan monitoring dan evaluasi.

d.        Model Demonstrasi
1.         Munculnya inovasi gagasan dari bawah.
2.         Diuji coba dalam skala kecil dan dilakukan pengembangan seiring melakukan eksperimen.
3.         Jika sesuai maka diterapkan dalam skala yang lebih besar.


e.         Model Miller-Seller
1.         Klasifikasi orientasi kurikulum.
2.         Pengembangan tujuan.
3.         Identifikasi model mengajar.
4.         Implementasi.

f.         Model Taba
1.         Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru.
2.         Menguji unit eksperimen.
3.         Mengadakan revisi dan konsolidasi.
4.         Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum.
5.         Implementasi dan desiminasi

g.        Model Beauchamp
1.         Menentukan wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum.
2.         Menentukan siapa saja yang akan terlibat dalam pengembangan kurikulum.
3.         Organisasi dan prosedur pengembangan kuirkulum.
4.         Implementasi kurikulum.
5.         Evaluasi kurikulum.


Sekian dulu, jangan lupa comment!!!

4 comments:

Pages